Bisnis orang Tionghoa sering kali terlihat bertahan meskipun sepi atau tampak bangkrut karena beberapa faktor kultural, strategi, dan praktik bisnis yang mereka jalankan:

1. Fokus Jangka Panjang: Banyak pebisnis Tionghoa memprioritaskan visi jangka panjang dibandingkan keuntungan cepat. Mereka bersedia mengalami masa-masa sulit dan mempersiapkan diri untuk bertahan dalam waktu lama hingga kondisi pasar membaik.

2. Modal Keluarga dan Komunitas: Banyak bisnis Tionghoa didukung oleh jaringan keluarga atau komunitas. Mereka sering mendapatkan bantuan dalam bentuk modal, sumber daya, atau tenaga kerja dari anggota keluarga, yang membantu mereka tetap bertahan meskipun menghadapi kesulitan.

3. Manajemen Biaya yang Efisien: Pengusaha Tionghoa umumnya sangat teliti dalam pengelolaan biaya. Mereka sering kali meminimalkan pengeluaran, seperti sewa atau biaya operasional, dan menghindari gaya hidup mewah yang berlebihan. Dengan cara ini, mereka bisa tetap bertahan walaupun pemasukan menurun.

4. Diversifikasi Usaha: Pebisnis Tionghoa sering kali tidak bergantung hanya pada satu sumber pendapatan. Mereka cenderung mendiversifikasi usaha mereka atau memiliki usaha sampingan lain yang dapat menutupi kerugian di satu bidang. Ini memberikan mereka fleksibilitas dan daya tahan saat salah satu bisnis mengalami penurunan.

5. Kedisiplinan dan Kerja Keras: Nilai-nilai budaya seperti disiplin, ketekunan, dan kerja keras sangat dijunjung tinggi. Hal ini mendorong mereka untuk terus berusaha meskipun mengalami tantangan besar, dengan harapan bahwa usaha keras mereka akan terbayar dalam jangka panjang.

6. Modal dan Likuiditas yang Tersembunyi: Dalam beberapa kasus, bisnis yang terlihat sepi atau hampir bangkrut sebenarnya masih memiliki cadangan modal yang kuat, yang disimpan atau diinvestasikan di tempat lain. Hal ini bisa terjadi karena mereka memiliki jaringan finansial yang baik, seperti investasi di properti atau aset lain.

7. Adaptasi dan Inovasi: Pebisnis Tionghoa cenderung cepat beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar. Mereka sering kali menemukan cara-cara baru untuk tetap relevan, termasuk mengubah model bisnis, berinovasi dalam produk, atau menargetkan pasar baru.

Faktor-faktor ini membuat bisnis Tionghoa terlihat lebih tahan terhadap kesulitan dan memiliki kemampuan untuk bertahan meskipun kondisi sedang tidak menguntungkan.

Mengapa bisnis orang Tionghoa terlihat tetap bertahan meskipun usahanya terlihat sepi dan bahkan bangkrut?